Alhamdulillaah..
Sudah tidak terasa hampir 6 tahun menjalani kehidupan di Yogyakarta. Beragam cerita dan hikmah kudapat di kota pelajar ini. Pembelajaran luar biasa. Bersyukur dapat berproses disini.
Malam ini, ingin bercerita tentang pengalaman hunian di yogyakarta. Hampir semua jenis hunian sudah ku jajaki. Dari kosan, kontrakan dan Asrama. Sudah 4 kali aku pindahan. Dan yang terakhir ini, kembali ke masa awal: kos.
Pertama kali menginjakkan kaki di sini. Aku memilih mencari kosan. Padahal waktu itu sudah ditawari untuk kontrakan muslimah sampai pesantren mahasiswi. Tapi karena pengen banget punya kamar sendiri,bahkan berniat untuk ‘mengasingkan diri’ akhirnya aku lebih memilih kosan.
Kos Gober, rumah 2 lantai dengan penghuni 20 orang. Walaupun kosan tapi rasa individualis tidak begitu terasa. Saat aku masuk, ada 5 orang lain yang seangkatan denganku. Sehingga berasa banget suka-duka bersama.
Saat bersusah payah mengerjakan tugas ospek, lembur kerjain tugas-laporan, nangis-nangis pas homesick, sama-sama nempel target cumlaude tapi dilepas lagi karena hopeless. Saat diteriakin mbak kosan kalo ribut, tidur kayak ikan pindang di satu kamar gegara nonton film horror, atau begadang kejar nonton film korea 😀
Pas silaturahim kesana lagi terakhir kali, kosan itu sepi banget. Ibunya bilang “kos ini ga kayak jaman mbak dulu..” Tuh, emang kita biang ribut ya.
Saat itu berhasil tuh buat program shalat jamaah bareng, simakan baca quran, hafalan walaupun semangat pas Ramadhan aja. Lumayan. Hha..
Setelah dua tahun, entah kenapa dalam satu angkatan ini, satu persatu pindah. Akupun turut pindah ke suatu kontrakan muslimah yang berisi 9 orang: wisma Salima.
Salima, dari kata Salim artinya selamat. Merupakan doa agar penghuninya selamat sampai akhirat. Aamiin. Atau bisa juga kependekan dari Sendowo A5. Sebuah rumah yang dikontrak sejak tahun 1998. Wuissh kontrakan perjuangan banget terutama bagi anak fakes. Karena kontrakan ini didominasi oleh warga fakes.
Di kontrakan biah hasanah lmemang ebih terjaga, walaupun tantangan ukhuwah juga semakin besar. Yang jelas disana banyak tempat sharing, dari masalah pribadi, lembaga sampai dakwah bahkan jadi tempat konsolidasi. Salah satunya jadi basecamp amunisi PEMIRA (Pemilihan Raya) -Pemilu tingkat mahasiswa.
Di tahun kedua saat mengkontrak, aku diamanahi jadi masul’ah kontrakan. Apa??! Aku yang masih ga beres gini dipercaya jadi pemimpin. Toh, aku terima dan kujalani seoptimal yang bisa kulakukan. Jelas, masih banyak kekurangan di sana-sini. Harus bisa jadi penengah yang bijak, mengkordinirkan semua urusan, dan bagaimana menjadi peka.
Setelah 2,5 tahun mengelola kontrakan, ditawari mengelola asrama beastudi Etos Yogyakarta, program beasiswa dibawah Dompet Dhuafa,-Republika. Sebelum menjawab aku istikharah untuk memilih menyantri atau mengelola asrama. Entah apa yang menguatkanku akhirnya kuterima juga tawaran itu. Padahal hidup berasrama saja belum pernah.
Allah memang punya rencana yang terbaik bagi hambaNya. Masyaa Allaah wal hamdulillah, aku benar-benar tertempa disana, terutama soal karakter. Benar ya, salah satu hakikat membina, sebetulnya dialah yang terbina.
Di Asrama itu benar-benar belajar banyak hal..
Belajar menjadi seorang Ibu. Ibu yang tiba-tiba dapat 23 putri dan 16 putra. Yang memperhatikan kondisi anak-anaknya, hingga urusan rumah tangga. Sampai memperhatikan urusan-urusan kecil di rumah, misal rel gorden, kebersihan dll. Hingga urusan kesehatan. Bahkan hingga mengelola keuangan. Layaknya ibu yang mengatur keuangan rumah tangga, karena diamanahi juga sebaga pj keuangan di manajemen daerah. Memang seorang ibu luar biasa ya..
Belajar menjadi kakak, teman dan sahabat yang baik. Bagaimana saya belajar mendengar, berekspresi, memberi apresiasi dan tegas dalam bersikap. Menjadi seorang yang bisa mengayomi, diajak berbagi dan memberikan arahan bagi adik-adiknya.
Belajar menjadi guru. Digugu dan ditiru. Bisa menjadi teladan. Makanya harus bisa integritas, dimana tindakan harus sesuai ucapan. Berani dan berlapang dada untuk mendengar kritikan.
Huff.. Sungguh sebenarnya masih sangat jauh dari semua itu. Bersyukur Allah masih memberi kesempatan untuk berproses.
Dan setelah 1,5 tahun tertempa di Asrama. Kembali menjalani hidup dikos lagi. Tapi kali ini hanya rumah dengan lima kamar. Uniknya, disebut kos tapi kami mengelola rumah ini bersama seperti kontrakan (kecuali bayar listrik sih). Semoga nyaman hingga 3 bulan kedepan.
Hmm,, semua jenis hunian sudah. Tinggal… punya rumah sendiri nih..:)
Semoga aktivitas kita berkah, lillahi ta’ala..
Pandega Padma, 12 Juni 2013, 00:20
Lagi-lagi bukannya belajar besok UAS malah ngeblog dulu.. 😀